Dibalik Proses Syuting Film KKN di Desa Penari, Atmosfer Mistis Selama Proses Syuting Hingga Dililit Ular

24 April 2022, 20:27 WIB
Film KKN di Desa Penari penuh dengan adegan menegangkan. Dalam Pembuatannya, para pemain ditemani atmosfer mistis /Instagram @kknmovie

IniPurworejo.com - Film bergenre horor KKN di Desa Penari bakal tayang 30 April 2022 di bioskop. 

Film yang beberapa kali mengalami penundaan dalam penayangannya lantaran pandemi masih ditunggu pemirsa. 

Bagaimanapun, film ini konon diangkat dari kisah nyata sekelompok mahasiswa yang melakukan KKN di wilayah Jawa Timur. 

Baca Juga: Fix! Film KKN di Desa Penari Bakal Tayang 30 April 2022 di Bioskop, Jangan Sampai Terlewat ya

Pada film garapan Manoj Pundjabi dari MD Pictures bakal menyajikan nuansa yang memacu adrenalin. 

Rupanya bukan hanya suasana horor di setiap adegan film. Namun juga saat pengambilan gambar dan proses syuting berlangsung. 

Bahkan para pemain sepakat bahwa cerita di dalam skenario turut membawa atmosfer mistis selama proses syuting berlangsung. 

Bukan hanya itu, para pemain juga mengalami serangkaian hal mistis pada saat syuting. 

"Semua pemain terbawa sih, vibesnya horor ke dalam kehidupan aslinya sama kami sebagai pemain. Memang kan set-nya serem banget, terus kami juga sering syuting di malam hari. Jadi memang benar-benar menurutku kaya kebawa skenario yang seram itu," kata Tissa Biani yang memerankan karakter Nur saat menghadiri gala premiere di XII Episentrum, Jakarta, Jumat 22 April 2022 malam. 

Selain Tisa Biani yang berperan sebagai Nur, pemain lain yakni Adinda Thomas (sebagai Widya), Aghniny Haque (sebagai Ayu), Aulia Sarah (sebagai Badarawuhi). 

Baca Juga: Innalillahi, Peraih Emas SEA Games Suryati Marija Meninggal Kecelakaan Saat Mudik ke Salatiga

Diceritakan Adinda, dalam proses syuting yang ia alami tidak mudah. Mulai dari pingsan hingga Ia harus dililit ular beneran. Pada saat pingsan, diceritakan Ia tengah syuting di zona merah. 

"Kami sedang syuting di area yang cukup berbahaya waktu itu dan adegannya juga cukup seram atau di zona merahnya daerah sana. Jadi memang kami sudah diwanti-wanti untuk hati-hati dan jaga sikap. Pada hari itu aku juga secara fisik memang lagi drop, jadi mungkin terjadilah jatuh pingsan sebentar," cerita Adinda.

Menurut Adinda, pengalaman dililit dengan ular saat itu menjadi pengalaman yang sangat luar biasa. Bahkan sebelum adegan diambil, sebelumnya Adinda melakukan workshop terlebih dahulu selama sebulan.

"Termasuk untuk berlatih untuk membiasakan diri dengan ular bersama seorang pawang. Dari satu ruangan bareng sama ular, jauh-jauhan sampai berdekatan, sampai pegang. Tapi lama-lama lepas, nyaman. Sempat workshop ketiga, saya kelilit beneran karena ularnya sakit perut dan saya masih ketakutan, jadi dia ngelilit-nya lebih kencang. Waktu itu pawangnya cuma bilang, 'Nafas, nafas, jangan takut'," cerita Adinda.

Sementara itu, sutradara Awi Suryadi menyebutkan pihaknya menggunakan 10 ular besar dan 100 ular kecil untuk keperluan pengambilan gambar adegan.

"Tim produksi telah berkomitmen agar tidak menggunakan pencitraan hasil komputer (CGI) untuk adegan-adegan tertentu Itulah kelebihan di film ini, ularnya real membantu membawa emosi kita. Jadi saya kira itu hal yang sangat penting yang suka diremehkan," timpal Manoj.

Baca Juga: Tren Belanja Pakaian Bekas di Purworejo Naik Jelang Lebaran, Ratusan Pengunjung Serbu Bazar Ramadhan Thrift

Dalam proses pembuatan nya, para pemain juga dituntut luwes saat membawakan tarian Gandrung khas Jawa Timur. Para pemain bahkan rela berlatih setiap hari meski di tempat singgah, penginapan di Yogyakarta. 

Diceritakan Aghniny, dirinya  mengaku gerakan tubuhnya lebih kaku sehingga dirinya berlatih lebih keras dibandingkan para pemain lainnya. Namun, Ia merasa beruntung karena tari gandrung memiliki gerakan yang cenderung cepat dan tidak terlalu gemulai.

'Karena latar belakangku atlet (taekwondo), jadi mungkin sedikit kaku," bebernya. ***

Editor: Arina Hidayati

Sumber: Instagram

Tags

Terkini

Terpopuler