Agus tidak menampik, ada temuan kasus PMK di Jateng. Namun, ia memastikan telah menerapkan pola isolasi dan penyembuhan agar tidak menular.
Agus menegaskan, penyakit mulut dan kuku yang menyerang sapi, kambing, domba bisa disembuhkan. Selain itu, produk daging dari hewan-hewan tersebut masih bisa dikonsumsi.
Meskipun dagingnya bisa dikonsumsi, akan tetapi PMK bisa menurunkan harga jual hewan maupun produk hewan berkuku belah ini.
Karena, jika terserang PMK nafsu makan hewan, yang akan menurunkan bobot atau produksi susu.
Sementara, tingkat kematian PMK tergolong rendah. Pada kasus yang pernah melanda Jateng pada 1980-an, tingkat kematian hanya 5-10 persen.
“Daging bisa dikonsumsi. Namun hati-hati pada bagian moncongnya yang mengalami luka lepuh atau berliur serta saluran cerna (jangan dimakan). Virus ini tidak menular ke manusia, jangan khawatir ini tidak seperti Covid-19,” sebutnya.
Kasi Kesehatan Hewan Disnakkeswan Jateng Yoyon Sunaryono menegaskan, Jateng telah menyiapkan berbagai skenario antisipasi PMK.
Selain melakukan pemantauan lalu lintas hewan, pihaknya juga fokus terhadap penyehatan hewan terjangkit.