Hanya Fokus Pada Orientasi Kognitif Dalam Pembelajaran Dapat Menyebabkan

- 28 Juni 2024, 10:29 WIB
hanya fokus pada orientasi kognitif dalam pembelajaran dapat menyebabkan
hanya fokus pada orientasi kognitif dalam pembelajaran dapat menyebabkan /Pexels.com / Kindel Media/



INIPURWOREJO.COM
- Hanya fokus pada orientasi kognitif dalam pembelajaran dapat menyebabkan? Soal seperti itu akan dijumpai para guru dalam Post Test Latihan Pemahaman dan Cerita Reflektif Modul 2 di platform Merdeka Mengajar.

Menghadirkan sebuah inovasi dalam pembelajaran, platform Merdeka Mengajar kini memperkenalkan Post Test Latihan Pemahaman dan Cerita Reflektif Modul 2.

Program ini dirancang untuk memperdalam pengetahuan serta memperkaya pengalaman belajar bagi para guru.

Baca Juga: Bagaimana Tanggung Jawab dan Kewenangan Pemerintah dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial!

Melalui post test, guru dapat mengevaluasi pemahaman mereka terhadap materi yang telah dipelajari.

Sementara itu, cerita reflektif memberi ruang bagi guru untuk merenung dan berbagi pengalaman pribadi dalam menerapkan ilmu tersebut di kelas.

Dengan pendekatan ini, Merdeka Mengajar tidak hanya bertujuan meningkatkan kompetensi guru, tetapi juga mendorong praktik mengajar yang lebih reflektif dan inspiratif, demi menciptakan pendidikan yang lebih bermakna bagi peserta didik.

Soal

Hanya fokus pada orientasi kognitif dalam pembelajaran dapat menyebabkan…

A. Murid malas belajar.

B. Perkembangan kecakapan emosi dan sosial murid terabaikan.

C. Murid tertekan untuk sekolah.

D. Sistem penilaian tidak sesuai.

Jawaban

B. Perkembangan kecakapan emosi dan sosial murid terabaikan.

Penjelasan

Menitikberatkan hanya pada orientasi kognitif dalam pembelajaran dapat membawa dampak yang kurang seimbang terhadap perkembangan murid.

Saat fokus hanya diberikan pada aspek kognitif, seperti pemahaman konsep, analisis, dan penalaran, aspek lain yang sama pentingnya dalam proses pendidikan seringkali terabaikan.

Salah satu aspek yang sangat penting namun sering diabaikan adalah perkembangan kecakapan emosi dan sosial murid.

Kecakapan emosi mencakup kemampuan murid untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi mereka sendiri, serta merespons emosi orang lain dengan cara yang tepat.

Baca Juga: Bagaimana Cara Ibu Dan Bapak Menindaklanjuti Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Peserta Didik Selama Ini?

Sedangkan kecakapan sosial melibatkan kemampuan berinteraksi dengan orang lain, bekerja dalam tim, berkomunikasi efektif, dan membangun hubungan yang sehat.

Ketika aspek emosi dan sosial ini tidak mendapat perhatian yang cukup, murid mungkin mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat dengan teman sekelas, guru, dan lingkungan sekitarnya.

Hal ini dapat berdampak negatif pada kemampuan mereka untuk bekerja sama, berempati, dan menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari.

Selain itu, tanpa kecakapan emosi yang baik, murid dapat mengalami stres berlebih dan kesulitan dalam mengatasi tekanan akademis.

Pembelajaran yang seimbang harus mencakup pengembangan kognitif, emosi, dan sosial secara holistik agar murid dapat tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan sosial.

Dengan demikian, pengabaian terhadap aspek emosi dan sosial dapat menghambat perkembangan menyeluruh murid dan mempengaruhi kemampuan mereka untuk berhasil di masa depan.***

Editor: Aprylia Shinta Bella

Sumber: beragam sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah