Kasus DBD di Purworejo Alami Peningkatan, Kutoarjo Jadi Kecamatan Paling Banyak Kasusnya

- 4 April 2024, 22:32 WIB
Aedes aegypti
Aedes aegypti /Pixabay/

INIPURWOREJO.COM - Hingga minggu ke-13 di tahun 2024 ini, kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Purworejo terus mengalami peningkatan.

Hingga saat ini Dinas Kesehatan mencatat ada 572 kasus DBD, terdiri atas 557 demam dengue, dan 15 demam berdarah. Adapun wilayah terbanyak kasus DBD berada di Kecamatan Kutoarjo.

Kadinkes dr Sudarmi melalui Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan dan Kesehatan Masyarakat (Yankes Kesmas), dr Nursalim menyampaikan hal tersebut saat ditemui pada Rabu (3/4). Angka tersebut, menurut dr Nursalim, mengalami peningkatan dibanding tahun lalu di waktu yang sama.

Lebih lanjut ia menjelaskan gejala DBD. “Yaitu mengalami panas tinggi yang kemudian menurun di hari ketiga. Nah, ini yang perlu diwaspadai karena itu bukan merupakan tanda sembuh tapi justru masuk fase kritis,” ungkap dr Nursalim kepada Purworejo News. Maka bila mengalami gejala tersebut segera berobat ke yankes terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Dr Nursalim melanjutkan, DBD disebabkan karena gigitan nyamuk Aedes Aegypti (AA) yang berwarna hitam berbintik putih. “Nyamuk ini memang biasanya berada di kebun atau taman yang akan menggigit pada pagi atau sore hari,” jelasnya

Meskipun demikian, nyamuk Aedes aegypti, yang merupakan vektor utama penyakit DBD, cenderung bertelur di genangan air bersih, seperti bak mandi yang jarang dikuras atau tempat-tempat lain yang menggenang air bersih seperti pot bunga.

Dr. Nursalim menjelaskan bahwa nyamuk ini dapat menetaskan telurnya dalam waktu tujuh hari. Jika induknya terinfeksi virus DBD, maka keturunannya juga berpotensi menjadi pembawa virus tersebut.

Untuk pencegahannya, dr Nursalim menyarankan agar memakai pakaian lengan panjang saat beraktivitas. Hal itu untuk menghindari gigitan nyamuk AA, termasuk juga memakai lotion anti nyamuk.

“Selain itu juga berantas penyebabnya dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara kontinyu serta rajin menguras bak mandi, kolam ikan, dan akuarium secara teratur,” imbuhnya.

Selain itu, Dinas Kesehatan terus melakukan sosialisasi tentang kesiapsiagaan menghadapi peningkatan kasus DBD kepada seluruh instansi, termasuk kepala kecamatan, desa/kelurahan, serta sekolah-sekolah mulai dari tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Langkah ini diambil sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat.

Pihak Dinas Kesehatan juga telah menginisiasi Program Surveilans Penyakit dan Penanggulangan Penyakit Bersumber Vektor (PSN) di Kecamatan Kutoarjo, yang merupakan wilayah dengan jumlah kasus DBD tertinggi.

Langkah terakhir yang dilakukan adalah pelaksanaan fogging atau pengasapan untuk membasmi nyamuk Aedes aegypti. Fogging telah dilakukan di berbagai lokasi di Kecamatan Kutoarjo, Purworejo, dan Pituruh guna mengurangi populasi nyamuk pembawa penyakit tersebut.

“Kami berharap jumlah kasus jangan naik lagi, dan diupayakan turun. Makanya dilakukan melalui lintas sektor termasuk informasi melalui media. Apalagi jangan sampai ada yang meninggal karena kasus DBD,” harap dr Nursalim.

Terkait banyaknya warga yang mengalami gejala muntah, badan lemas, dan pusing seperti penyakit Chikungunya, pihak Dinkes mengaku belum mendapat laporan dari RS yang menangani kasus tersebut. “Kami belum menerima laporan diagnosis dari rumah sakit sehingga kami belum melakukan tindakan,” ungkap dr. Nursalim.***

Editor: Aprylia Shinta Bella


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah