Ribuan Warga Sri Lanka Kembali Turun ke Jalan, Tuntut Rajapaksa dan Keluarga Mundur dari Politik

- 10 April 2022, 11:26 WIB
Ilustrasi protes. Ribuan Warga Sri Lanka Kembali Turun ke Jalan.
Ilustrasi protes. Ribuan Warga Sri Lanka Kembali Turun ke Jalan. /Pixabay/hosny_salah/

IniPurworejo.com- Ribuan warga Sri Lanka kembali turun ke jalan menggelar aksi menuntut pengunduran diri Presiden Gotabaya Rajapaksa, Sabtu, 9 April 2022.

Warga menilai Rajapaksa dan anggota keluarganya tidak dapat dipercaya untuk membawa negara Sri Lanka keluar dari krisis ekonomi yang semakin memburuk.

Dalam aksinya, mereka mengibarkan bendera Sri Lanka dan mengangkat plakat tulisan tangan dalam bahasa Sinhala dan Inggris yang membawa pesan seperti “tidak ada lagi politisi yang korup” dan “Selamatkan Sri Lanka dari keluarga Rajapaksa”.

“Untuk pertama kalinya, orang-orang dari semua jenis kepercayaan politik dan sosial berkumpul," ucap Buddhi Karunatne, (29 tahun).

Baca Juga: Saudi Izinkan Satu Juta Jemaah Beribadah Haji Tahun ini, Menag Pastikan Calhaj Indonesia Bisa Berangkat

"Tuntutan dapat dinegosiasi, presiden harus mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaan kepada orang yang mampu mengeluarkan kita dari krisis sosial ekonomi ini," lanjutnya.

Diketahui Rajapaksa, (72 tahun), memenangkan kursi kepresidenan pada 2019 dengan selisih besar. Partainya berhasil mengamankan dua pertiga mayoritas di parlemen kurang dari setahun kemudian. 

Kemenangan tersebut memungkinkan Rajapaksa untuk menunjuk saudaranya Mahinda Rajapaksa sebagai perdana menteri dan mengubah konstitusi untuk memperkuat kekuasaan presiden.

Dia juga menyerahkan tiga posisi kunci anggota keluarga Rajapaksa lainnya di kabinetnya, termasuk portofolio keuangan, pertanian dan olahraga.

Baca Juga: Demonstrasi Semakin Tidak Terkendali, Sri Lanka Tetapkan Status Darurat Keamanan

Pada saat itu, banyak pemilih mengatakan mereka percaya Gotabaya dan Mahinda Rajapaksa akan meningkatkan keamanan dan menstabilkan negara.

Tapi bukannya memperbaiki keadaan, Rajapaksa telah terbukti tidak kompeten dan tidak mampu mengambil keputusan yang tepat.

Krisis valuta asing telah mengakibatkan melonjaknya inflasi dan penurunan ekonomi yang terburuk di Sri Lanka dalam beberapa dekade. 

Kondisi ini membuat warga miskin berjuang untuk membeli makanan dan menyebabkan kekurangan bahan bakar bahkan pemadaman listrik selama berjam-jam yang mengancam pelaku bisnis.***

 

Editor: Andi Susanto

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah