Muhammadiyah Mulai Puasa Ramadan 2 April, Kemenag Minta Masyarakat Tunggu Hasil Sidang Isbat

1 April 2022, 13:13 WIB
Penentuan 1 Ramadan 1443 H, Kemenag minta masyarakat tunggu hasil siding isbat. /Pixabay.com/Lars_nissen

IniPurworejo.com - Awal Ramadan 1443 H kemungkinan akan terjadi perbedaan. Ini terjadi karena metode penetapan yang digunakan tidak sama.

PP Muhammadiyah sudah menetapkan akan mengawali Ramadan pada 2 April 2022. Namun, ada kemungkinan ada yang memulai puasa pada 3 April 2022.

Pemerintah baru akan menetapkan awal Ramadan 1443 H melalui Sidang Isbat. Sidang Isbat akan digelar pada Jumat, 1 April 2022 petang.

Baca Juga: Daftar Hari Libur Nasional dan Hari Penting Lain di April 2022, Dari Hari Kartini Hingga Hari Puisi Nasional

Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag Adib mengajak masyarakat untuk menunggu hasil Sidang Isbat.

“Kita tunggu hasil Sidang Isbat,” tegas Adib, Kamis, 31 Maret 2022.

Menurut Adib, Sidang Isbat awal Ramadan 1443 H akan digelar pada 1 April 2022, bertepatan dengan 29 Syakban 1443 H.

Sidang Isbat dihelat oleh Kementerian Agama, sebagaimana amanah fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No 2 tahun 2004 tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.

Ada empat hal yang diatur dalam fatwa tersebut. Pertama, penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah dilakukan berdasarkan metode rukyah dan hisab oleh Pemerintah RI cq Menteri Agama dan berlaku secara nasional.

Baca Juga: Terbitkan Aturan Baru, Pengguna Jalan Tol yang Lebihi Batas Kecepatan dan Muatan Bakal Ditilang

Kedua, seluruh umat Islam di Indonesia wajib menaati ketetapan Pemerintah RI tentang penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah.

Ketiga, dalam menetapkan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah, Menteri Agama wajib berkonsultasi dengan Majelis Ulama Indonesia, ormas-ormas Islam dan instansi terkait.

Keempat, hasil rukyat dari daerah yang memungkinkan hilal dirukyat walaupun di luar wilayah Indonesia yang mathla'nya sama dengan Indonesia dapat dijadikan pedoman oleh Menteri Agama RI.

Sebagaimana yang selama ini berjalan, lanjut Adib, Sidang Isbat dihadiri oleh MUI, perwakilan ormas Islam, DPR, sejumlah duta besar negara sahabat, serta kementerian dan lembaga terkait.

Kementerian Agama berperan sebagai fasilitator bagi para ulama, ahli, dan cendekiawan untuk bermusyawarah menetapkan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah. Forum ini sekaligus menjadi sarana untuk berdiskusi.

Baca Juga: Pilih Kurma Sebagai Makanan Pembuka Puasa, Pilih Sesuai Seleramu, Hidayat: Kurma Muda Dipercaya untuk Promil

“Sidang Isbat selama ini menjadi sarana bertukar pandangan para ulama, cendekiawan, maupun para ahli terkait penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah. Hasil sidang isbat ini akan segera diinformasikan kepada masyarakat agar bisa dijadikan sebagai pedoman," jelasnya

Terkait perbedaan, Adib mengaku bahwa potensi itu ada saja. Sebelumnya, pernah juga terjadi perbedaan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah.

Hal itu bisa terjadi karena adanya perbedaan metode penetapan. Ada yang menggunakan metode Hisab Wujudul Hilal, ada yang menggunakan Imkanur-Rukyat.

“Jika pun ada beda awal Ramadan, sudah semestinya kita mengedepankan sikap saling menghormati agar tidak mengurangi kekhusyu’an dalam menjalani ibadah puasa,” pesannya.

Baca Juga: Hebat! Alfian Yuda P Juara Karate Popda 2022, Mulanya Hanya Biar Tak Main HP, Kini Malah Koleksi Banyak Piala

Kasubdit Hisab Rukyat dan Syariah Kemenag, Ismail Fahmi menjelaskan, bahwa pada hari pelaksanaan rukyat atau pemantauan, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia sudah di atas ufuk, berkisar antara 1 derajat 6,78 menit sampai dengan 2 derajat 10,02 menit.

Fakta ini yang menjadi dasar bagi mereka yang menggunakan metode Hisab Wujudul Hilal untuk menetapkan awal Ramadan bertepatan 2 April 2022.

Sementara Kemenag, sebagaimana fatwa MUI, menetapkan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah berdasarkan metode Hisab dan Rukyat.

Hasil perhitungan astronomi atau Hisab, dijadikan sebagai informasi awal yang kemudian dikonfirmasi melalui metode Rukyat (pemantauan di lapangan).

Baca Juga: Krisis Ekonomi Memburuk, Pengunjuk Rasa Serbu Kediaman Presiden Sri Lanka, Bentrokan Tak Terelakan

Posisi hilal pada kisaran 1 sampai 2 derajat ini cukup krusial dalam konteks rukyat atau pemantauan.

Apalagi, kriteria baru yang disepakati MABIMS (Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura), awal bulan masuk jika posisi hilal saat matahari terbenam sudah 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.

"Dalam konteks inilah ada potensi perbedaan awal Ramadan,” jelasnya.

Sementara, Sidang Isbat akan menunggu laporan hasil pemantauan hilal, apakah ada yang melihat ataukah tidak.

Baca Juga: Resep Caramel Pudding Ala Chef Devina Hermawan: Praktis Membuatnya, Cocok untuk Menu Buka Puasa

"Selanjutnya, peserta sidang akan bermusyawah untuk menentukan awal Ramadan. Jadi, mari tunggu pengumuman hasil dari Sidang Isbat,” tandasnya.***

Editor: Sudarno Ahmad Nashori

Sumber: Kemenag

Tags

Terkini

Terpopuler